Jumat, April 19, 2024
Lainnya
    Berita5 Hal Soal Mobil Listrik yang Ternyata Hanya Mitos

    5 Hal Soal Mobil Listrik yang Ternyata Hanya Mitos

    Sejumlah brand otomotif kini mulai berani menjajakan mobil listrik ke pasar Indonesia. Ya, hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan

    Sebelumnya, pamor mobil listrik tidak sebesar sekarang. Bahkan perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat, Fisker Automotive, pernah mengalami kesulitan dalam bisnisnya hingga disebut-sebut bangkrut.

    Bicara soal mobil listrik pada dasarnya belum ada yang fasih hingga berhasil 100 persen. Pasalnya, sejumlah pabrikan hingga saat ini masih terus mengembangkan serba-serbi mobil listrik. Tidak hanya itu, teknologi mobil listrik juga sempat disebut masih banyak kekurangan. Hal inilah yang menjadi banyak pertimbangan masyarakat ogah untuk membeli mobil.  

    Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir tren mobil listrik semakin berkembang. Mobil listrik yang dulunya dianggap sebagai pasar untuk kalangan atas, terobsesi dengan pemeliharaan lingkungan. Kini, mobil listrik menjadi pertimbangan banyak orang dari berbagai kalangan.

    Nah, dilansir situs Nissan, berikut ini ada lima hal soal mobil listrik yang ternyata mitos belaka yang masih beredar di masyarakat, antara lain:

    1. Mobil listrik punya jarak tempuh pendek

    Jarak tempuh mobil listrik tergantung pada kapasitas baterai. Sebagian besar mobil listrik yang sudah mendapatkan pengisian penuh menargetkan jangkauan hingga 500 kilometer.

    Misalnya seperti All-New Nissan Kicks E-Power. Jika dalam kondisi tertentu seperti baterai mobil yang tidak terisi penuh, dapat mengurangi sekitar 10-15 persen dari klaim tersebut sehingga setidaknya mobil listrik memiliki jangkauan sekurang-kurang 400 kilometer dalam sekali pengisian penuh.

    2. Laju mobil listrik pelan

    Mitos selanjutnya adalah tarikan mobil listrik pelan. Sebaliknya, laju sebuah mobil dipengaruhi oleh torsi yang dihasilkan. Pengertian torsi sendiri adalah suatu gerakan berupa dorongan yang terjadi antara piston dan poros engkol. 

    Nah kebetulan mobil listrik sudah tidak ada lagi sistem mekanikal dari sebuah mesin konvensional. Artinya tidak ada lagi tenaga yang terbuang percuma mulai dari mesin sampai ke roda mobil. 

    Oleh karena itu, tenaga dan torsi yang dihasilkan oleh motor listrik langsung disalurkan ke roda sehingga menghasilkan sebuah laju yang instan bahkan saat mulai bergerak dari kecepatan awal.

    3. Mobil listrik tidak ramah lingkungan

    Ramah atau tidaknya mobil listrik terhadap lingkungan tergantung pada di mana dan bagaimana mengisi ulang mobil listrik. Jika OLXer menggunakan jenis listrik terbarukan, seperti tenaga surya, maka tidak ada emisi karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan oleh mobil listrik.

    Namun, untuk negara-negara yang sebagian besar listriknya berasal dari sumber intensif CO2 seperti batu bara dan gas, termasuk Indonesia, mobil listrik tetap mengeluarkan emisi CO2. Hitungannya, mobil listrik menghasilkan 1,07 kilogram CO2 per kilowatt-jam listrik yang digunakan. Untuk mobil listrik dengan baterai 80 kWh, jumlah CO2-nya mencapai 85,6 kilogram.

    Perlu Anda ketahui, jumlah emisi CO2 yang dikeluarkan oleh mobil listrik itu pun masih lebih kecil dibanding jumlah emisi CO2 hasil mobil bertenaga bensin yang memerlukan sekitar 40 liter bahan bakar sehingga menghasilkan 92,4 kilogram CO2. Jadi, mobil listrik tetap lebih ramah lingkungan dibandingkan mobil berbahan bakar, bahkan untuk hitungan listrik yang masih dihasilkan dari sumber daya tidak ramah lingkungan.

    4. Mobil listrik itu boros di ongkos

    Selanjutnya adalah listrik biasanya menghabiskan sekitar Rp 4.000 per kilowatt-jam, tergantung pada dimana tinggal (daerah pedesaan bisa lebih mahal). 

    Pada mobil listrik kecil, dibutuhkan sekitar Rp 278 ribu untuk muatan penuh yang diklaim dapat membawa Anda sejauh 450 kilometer. Anggaplah biaya tersebut bisa membuat mobil listrik melaju hingga 400 kilometer, itu artinya sekitar Rp 70 ribu per 100 kilometer.

    Dengan asumsi harga bensin rata-rata Rp 20 ribu setiap 100 kilometer, mobil berbahan bakar fosil akan menelan biaya lebih dari Rp 150 ribu per 100 kilometer. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa mobil listrik membutuhkan biaya sekitar setengah dari total keseluruhan yang dibutuhkan mobil bensin, sehingga punya mobil listrik tidak bisa dikatakan lebih boros.

    5. Mobil listrik gampang korsleting saat hujan

    Kekhawatiran soal mobil listrik gampang korsleting saat hujan juga tidak tepat. Meskipun benar bahwa air merupakan media penghantar arus listrik, namun hal tersebut tidak lantas membuat mobil listrik jadi berbahaya dan gampang korsleting saat hujan atau kena air.

    Perlu diketahui, mobil listrik diluncurkan setelah lolos berbagai tahap uji ekstrem, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan pengguna. Oleh karena itu, meskipun mobil  bertenaga listrik, mobil ini akan tetap aman digunakan saat hujan dan dapat dicuci seperti mobil-mobil konvensional.

     

    Populer
    GIIAS 2023
    Berita Terkait