Sabtu, April 20, 2024
Lainnya
    Tak BerkategoriSlipstream di Jalanan, Sayang Bensin atau Serahkan Nyawa?

    Slipstream di Jalanan, Sayang Bensin atau Serahkan Nyawa?

    Ada sebuah istilah dalam dunia balap yang banyak dilakukan oleh pengemudi jalan raya yang tanpa mereka sadari sangat berbahaya kalau dilakukan.

    Namanya slipstream, teknik memanfaatkan kendaraan di depan untuk menghalau angin sehingga kecepatan kendaraan jadi konstan. Itu kalau di dunia balap.

    Nah, teknik ini juga akhirnya dibawa-bawa di jalan raya ataupun di jalan tol oleh pengendara yang mungkin tidak sadar akan bahaya yang mengintainya ketika melakukan teknik ini.

    Konyolnya lagi, kendaraan yang dijadikan tameng atau penghalang angin ini biasanya mobil-mobil ukuran besar seperti truk ataupun bus.

    Alasan orang melakukannya rata-rata adalah untuk menghemat bahan bakar karena laju mobil bisa lari kencang dengan lebih enteng tanpa harus melawan arus angin yang menerpa kaca depan mobil.

    Alih-alih irit bahan bakar, pada kenyataannya justru lebih banyak menimbulkan celaka yang ujung-ujungnya merenggut jiwa pelakunya.

    Slipstream di jalan tol berisiko menimbulkan kecelakaan karena pada dasarnya jarak aman tidak terjaga. Itu adalah tindakan paling bodoh yang dilakukan di jalan tol,” ujar Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) saat menjadi salah satu narasumber di acara Diskusi Pintar Forum Wartawan Otomotif Indonesia (FORWOT) dengan tema Road to Zero-ODOL Trucks on The Roads yang berlangsung di Jakarta, Kamis (3/10/2019).

    Bisa dibayangkan dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba truk atau bus yang diikuti melakukan pengereman mendadak, sudah pasti tabrakan beruntun tidak akan bisa dihindari. 

    “Kalau tujuannya sekadar menghemat konsumsi bahan bakar, mending pakai teknik eco-driving atau perhatikan batas kecepatan minimum dan maksimum,” imbuh Jusri yang juga seorang pemerhati keselamatan berkendara di Indonesia. 

    Lebih jauh Jusri juga menghimbau kepada masyarakat untuk berkendara menggunakan logika dan jangan menuruti emosi. 

    Bila dalam berkendara terpaksa berbarengan dengan mobil truk, hal yang paling bijak dilakukan adalah berusaha untuk menghindarinya. Bisa dengan mencari celah untuk mendahului, atau sebaliknya, menahan laju kendaraan agar jarak dengan truk maupun bus tersebut menjadi jauh.

    “Itulah inti dari teknik defensive dalam berkendara di jalan. Bukan soal skill berkendaranya, tetapi kemampuan dalam menghitung potensi risiko terjadinya kecelakaan,” pungkasnya. (Z)

    Populer
    GIIAS 2023
    Berita Terkait