Sabtu, April 20, 2024
Lainnya
    BeritaeFlyer, Pesawat Bertenaga Listrik Garapan Bye Aerospace dan Siemens

    eFlyer, Pesawat Bertenaga Listrik Garapan Bye Aerospace dan Siemens

    Bicara mobil listrik mungkin bukan sebuah hal yang baru, Tesla serta beberapa merek otomotif dunia lainnya sudah melakukannya. 

    Tapi lain hal kalau kita bicara sebuah pesawat yang bisa terbang dengan mengandalkan tenaga listrik, bukan bahan bakar konvensional seperti yang ada saat ini. 

    “Ini mungkin ide yang dimiliki orang selama bertahun-tahun, dan akhirnya kami berhasil menembus batas dengan menciptakan pesawat yang sepenuhnya ditenagai oleh listrik,” ungkap George E. Bye dari Bye Aerospace dikutip dari autoevolution, Minggu (21/6/2020). 

    George E. Bye meupakan founder Bye Aerospace yang sudah berkecimpung di bidang teknologi penerbangan listrik selama beberapa waktu.

    Bersama Siemens, Bye Aerospace sukses menghadirkan eFlyer, seri pesawat komersial berdimensi kecil dengan fitur motor penggerak bertenaga full listrik. 

    Ia memulainya dari konsep sel surya (tenaga matahari) yang ditempatkan pada bagian sayap, hingga pada tahap akhir model pesawat Bye Aerospace kini hadir dengan motor listrik Siemens SP70D melalui dua model, eFlyer 2, berkapasitas untuk dua orang, dan eFlyer 4, kapasitas empat orang. 

    “Kami awalnya berpikir sel surya akan menjadi standar di sayap pesawat. Namun, dengan pasar utama eFlyer yang menyasar segmen pelatihan penerbangan dan layanan taksi udara, kami berpikir untuk membuat pesawat dengan harga yang lebih masuk akal. Lalu kemudian Siemens hadir menawarkan motor SP70D, sebuah motor penggerak listrik dengan berat 57 pound serta memiliki output maksimum 120 HP. Motor penggerak listrik ini sangat sempurna untuk pesawat kecil yang ingin terbebas dari konsumsi bahan bakar konvensional,” lanjut George E. Bye.

    Siemens sendiri memang sudah menggarap motor listrik ini dalam beberapa tahun belakangan, dan dalam hubungannya dengan raksasa industri lainnya, Siemens melihat pertumbuhan di sektor produksi motor listrik.

    Muncul pertama kali di tahun 2016, pesawat eFlyer berhasil menarik perhatian kelompok aeronautika lainnya. Bahkan di tahun itu juga, sebanyak 20 unit pesawat eFlyer 2 sudah dipesan oleh Spartan College of Aeronautics and Technology.

    Sejak itu, Bye Aerospace langsung berkembang dan kembali mendapat order 60 unit eFlyers dari OSM Aviation, lembaga pelatihan untuk berbagai maskapai penerbangan dunia untuk penggunaan di tahun 2019. 

    “Kami bangga untuk memimpin masa depan green aviation. Ini adalah pesanan terbesar untuk pesawat listrik komersial hingga saat ini,” ujar Espen Heiby, CEO OSM Aviation.

    Hingga sekarang sudah lebih dari 300 pesawat eFlyer yang telah dipesan oleh pelanggan di seluruh dunia.

    Biaya Operasional di Sektor Penerbangan Jauh Lebih Murah

    Pesawat listrik eFlyer 2 dilengkapi dengan motor listrik 90 kW Siemens SP70D baru, yang tenaganya berasal dari enam baterai lithium-ion dan menawarkan tingkat pendakian maksimal 1.150 kaki per menit. Tenaga tersebut akan membawa pesawat berada di ketinggian selama 3,5 jam. 

    Selain urusan teknis, alasan terbesar mengapa pesawat jenis ini banyak diminati adalah soal uang. eFlyer hanya butuh biaya operasional sebesar $US 14/jam. Bandingkan dengan pesawat konvensional jenis Cessna 172 yang makan biaya $US 88/jam.

    Sementara untuk biaya operasional eFlyer 4 sekitar $US 20/jam, jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya operasional Cessna 182 yang mencapai $US 122/jam. 

    Pesawat eFlyer 2 dijual dengan harga dasar sebesar $US 350.000, dan untuk eFlyer 4 sedikit lebih mahal dari harga tersebut. Tapi harga ini tentu masih jauh lebih murah dibandingkan dengan jenis pesawat konvensional lainnya. 

    Di pertunjukan International Paris Air Show ke-53, beberapa pesawat listrik dengan kapasitas lebih besar sudah mulai ditampilkan, artinya akan sangat memungkinkan dalam waktu dekat sudah ada pesawat bertenaga listrik berskala lebih besar yang akan hadir. 

    Populer
    GIIAS 2023
    Berita Terkait