Rabu, April 24, 2024
Lainnya
    BeritaIndonesia Semakin Dekat Sebagai Pemain Utama Dalam Industri Kendaraan Listrik

    Indonesia Semakin Dekat Sebagai Pemain Utama Dalam Industri Kendaraan Listrik

    Pemerintah melalaui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi semakin serius untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik.

    Hal ini diakui Kemenko Marves, bahwa Indonesia memiliki mineral melimpah seperti nikel, litium, kobalt dan rare earth sebagai bahan baku baterai lithium, serta menjadi semakin berharga.

    Bahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Panjaitam disebutkan telah melakukan serangkaian pertemuan dengan para investor maupun produsen besar yang bergerak di berbagai industri turunan mobil listrik dan baterai lithium di Yunan, China beberapa waktu lalu.

    Dalam pertemuan dengan para investor tersebut, mereka menyatakan bahwa selama ini dan kedepannya, investasi di Indonesia sudah dan akan menggandeng investor dari Perancis, Jepang, Korea Selatan, Australia, Taiwan dan negara lainnya.

    Hasil produk mereka akan meningkatkan angka ekspor Indonesia ke Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Tengah, Australia, Eropa dan Amerika.

    Menurut Menko Binsar Luhut, bukan nominal investasi yang penting, tapi dengan masuknya industri, secara bertahap ekosistem industri kendaraan listrik dan future energy bisa berkembang di Indonesia.

    “Apabila semua atau sebagian besar supply chain yang terkait bisa diproduksi di Indonesia, maka Indonesia bisa menjadi pemain kunci secara global di industri masa depan ini,” ungkap Luhut dilansir situs resmi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

    Lebih lanjut, Luhut menyampaikan, apabila Indonesia bisa dominan di industri baterai, maka postur Indonesia di kancah geopolitik akan semakin kokoh.

    “Itu ambisi Presiden Jokowi dan saya. Ini harus jadi sebelum masa tugas Presiden berakhir. Baterai akan menjadi solusi untuk banyak masalah global saat ini,” ucap Luhut.

    Bagi Luhut, investasi yang dilakukan selama ini sudah mengacu pada 4+1 Rule of Thumbs: Ramah Lingkungan, Transfer Teknologi, Penciptaan Lapangan Kerja (Menggunakan Tenaga Kerja Lokal), Penciptaan Nilai Tambah, Kerjasama berbasis B2B.

    Dalam konnteks ini para investor sudah dan akan terus fokus untuk mendukung peningkatan pendidikan dan pelatihan keahlian bagi tenaga kerja lokal.

    Sementara itu, para perusahaan melihat prospek mobil listrik dan permintaan domestik untuk produk baja dan lithium baterai di Indonesia maupun di dunia semakin cerah.

    Apalagi dengan sejumlah kebijakan, seperti rencana mewajibkan pengendaraan kendaraan dinas pemerintah hanya boleh yang berbasis listrik mulai tahun depan.

    Selain itu, determinasi Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, sesuai dengan komitmennya terhadap Paris Agreement yaitu menurunkan emisi carbon 29 persen pada tahun 2030, dan 41 persen dengan dukungan internasional menjadi pertimbangan positif.

    Begitu juga di negara lainnya, Uni Eropa mengeluarkan berbagai peraturan untuk phasing-out sama sekali kendaraan berbahan bakar fosil dalam 20 tahun kedepan. Tren bergerak ke arah kendaraan listrik juga terjadi di Tiongkok, India, Amerika Serikat dan lain-lain.

    Kebutuhan Baterai Meningkat

    Saat ini produsen mobil dan baterai dunia berlomba mencari destinasi investasi untuk fasilitas produksi mereka. Seperti Gigafactory Tesla di dekat Reno, Nevada di AS, yang dimiliki dan dioperasikan oleh produsen tersebut bersama pemasok baterainya, Panasonic.

    Menurut laporan media 2019, Tesla mengindikasikan bahwa kurangnya baterai yang tersedia dari vendor luar telah membatasi produksinya, oleh karena itu Tesla sedang mencari cara untuk membuat sel baterai sendiri.

    Northvolt, pembuat baterai Swedia, mengumpulkan dana $ 1 miliar pada tahun 2019 dari investor termasuk Volkswagen dan BMW untuk menyelesaikan pabrik baterai lithium-ion terbesar di Eropa (info: University of Cambridge).

    Peningkatan produksi kendaraan listrik dapat menghasilkan penciptaan 10 juta pekerjaan, dan nilai ekonomi sekitar $ 150 miliar karena berkontribusi pada kemajuan terkait dengan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, menurut Global Battery Alliance.

    Oleh karena itu Menko Luhut menyambut baik rencana CATL+Ningbo+Brunp menjadikan fasilitasnya di Indonesia sebagai Pusat Pengembangan Baterai Listrik Terintegrasi yang terbesar di dunia sebagaimana disampaikan oleh Chairman Ningbo Brunp/ Perwakilan Chairman CATL Li Changdong.

    CATL yang merupakan perusahaan baterai lithium terbesar di dunia akan menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan dan produksi baterai lithium ketiganya, setelah Tiongkok dan Jerman.

    Di Indonesia CATL berencana mengembangkan pertambangan nikel, pabrik pengolahan nikel, pabrik material baterai litium sampai dengan pabrik mobil listrik. CATL juga akan mengajak mitra-mitra yang terkait untuk menginvestasi dan membangun perindustrian terkait juga di Indonesia. CATL sendiri sekarang bermitra dengan Tesla, Daimler dan beberapa nama besar lainnya.

    Populer
    GIIAS 2023
    Berita Terkait