Kamis, April 25, 2024
Lainnya
    BeritaJawaban Bos Daihatsu Soal Merek Mobil China dan Korea Selatan di 2020

    Jawaban Bos Daihatsu Soal Merek Mobil China dan Korea Selatan di 2020

    Pasar otomotif Indonesia di tahun 2020 kini semakin ketat. Pasalnya, tak hanya brand Jepang yang rajin melakukan berbagai strategi jitu untuk menggaet konsumen di Tanah Air, akan tetapi brand China dan Korea Selatan kini siap menambah tenaga baru untuk menancapkan kuku bisnisnya dengan formula yang tak kalah menarik.

    Ya, brand asal negeri Tirai Bambu seperti Wuling Motors dan Dongfeng Sokon (DFSK) memiliki strategi yang cukup menarik, dimana produk yang dijual nyatanya merupakan segmen yang banyak dicari di Indonesia. Selain itu harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau, sehingga untuk Wuling sendiri kini masuk dalam jajaran 10 besar brand terlaris di Tanah Air.

    Lain halnya dengan brand dari negeri Gingseng, KIA dan Hyundai yang masih satu grup dan kerap berbagi platform, kabarnya pada 2019 lalu mereka akan semakin rajin menggarap pasar otomotif di Indonesia pada 2020, berjanji akan membangun pabrik disini.

    KIA sendiri sempat dikabarkan vacuum menjual produknya bahkan menutup beberapa dealer resmi. Namun akhir 2019 lalu mereka bangkit kembali untuk berjualan di Indonesia.

    Nah, semangat juang brand-brand otomotif asal China dan Korea Selata di Indonesia, rupanya ditanggapi langsung Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra.

    Amel sendiri tak khawatir dengan hadirnya sejumlah merek otomotif yang datang ke Indonesia. Sebab, Amel mengklaim, dengan hadirnya produk-produk terbaru dari berbagai brand, selama 11 tahun Daihatsu tetap bertahan di rangking dua merek mobil terlaris di Indonesia.

    “Industri otomotif itu bukan hanya padat karya kalau di Indonesia, tetapi juga padat modal, pemainnya kalau ibarat pelari itu bukan sprin, tapi marathon. Kalau punya duit saja tetapi tidak kuat staminanya, pasti gagal, karena beli mobil di Indonesia, dipakai itu bisa sampai lebih dari 10 tahun,” ungkap Amel saat ditemui beberapa waktu lalu.

    Amel juga mengatakan, berdasarkan survey yang dilakukan Daihatsu, hal yang sangat diperhatikan konsumen di Indonesia saat membeli mobil adalah harga jual kembali, jatuh atau tidak.

    Selain itu, jika setelah membeli mobil, lanjut Amel, hal yang diperhatikan konsumen Indonesia yaitu mengenai spare part atau suku cadang, harganya harus murah meriah dan dapat ditemui dimana-dimana.

    “Kalau nggak siapkan seperti itu belum tentu mobilnya laku walaupun mobilnya bagus. Jadi, sama seperti merek China yang jualan, mereka butuh waktu. Sementara kita sudah siapkan pondasi ini sudah darr tahun 70-an, jadi kalau dari 34 provinsi ini kita ada di 33 provinsi. Saya yakin belum tentu produk china punya outlet yang selengkap kita, jadi peace of mind menjadi strategi kita untuk bisa memenangkan pertarungan,” jelasnya.

    Amel menganalogikan, membangun industri otomotif di Indonesia harus jangka panjang ibarat bermain online.

    “Bisnisnya adalah ngebakar duit, rugi awal-awalnya, buka belum tentu laku, sementara uang harus keluar terus, kalau duitnya nggak sanggup pasti pada tutup. dari merek Amerika, Korea, Jepang sudah ada yang tutup juga sebenernya (tapi tidak ketahuan aja merek-merek kecil). Jadi berbisnis di otomotif perlu nafas panjang, duit gede dan resources keliatan,” terangnya.

    Di tahun 2020, Daihatsu sendiri memang tidak sumbar untuk menargetkan penjualan. Pasalnya, dia hanya ingin tetap bertahan di urutan kedua dengan maraup market share 17 persen, tepat di bawah Toyota. (Her)

    Populer
    GIIAS 2023
    Berita Terkait