Maraknya kredit online yang ditawarkan akhir-akhir ini bagi sebagian orang dianggap sangat membantu. Dalam kondisi terjepit karena butuh dana tunai untuk sebuah keperluan atau untuk membeli barang, kredit online menjadi solusi instan yang bisa langsung dirasakan manfaatnya.
Tetapi bagi sebagian orang lainnya, penyedia pinjaman dana cepat secara online ini justru akan membuat hidup semakin sulit. So… itu bergantung pada pandangan masing-masing saja.
Kita tak perlu membahas detil soal pertentangan tersebut. Kali ini OLX mengajak kalian untuk mengetahui lebih jauh bagaimana proses validasi data pengajuan kredit online.
Proses pengajuan kredit online memang super cepat. Berbeda saat kita mengurus pengajuan dana pinjaman di lembaga-lembaga keuangan seperti bank atau multifinance. Kredit online hanya melakukan verifikasi data dengan sistem online bermodalkan foto nasabah dengan kartu identitas yang dimiliki.
Mudah banget ya? Tapi tidak sesederhana itu juga kok. Meski secara online, proses verifikasi data kredit online juga tidak kalah detail.
Selain kalian harus mengisi data pendukung seperti KTP/ID, usia harus 18 sampai 60 tahun, juga diminta untuk mencantumkan jumlah penghasilan setiap bulannya.
Urusan yang terakhir disebutkan di atas mungkin masih banyak yang berusaha memberikan keterangan palsu. Misalnya bergaji 3 juta rupiah per bulan namun yang diisi adalah 7 hingga 10 juta. Tujuannya tak lain adalah agar kredit bisa disetujui dan dapat limit kredit yang juga besar.
Menurut Yulian Warman, Direktur PT Shariah Multifinance Astra (Amitra) ada parameter lain yang diperhitungkan oleh penyedia kredit online dalam memutuskan kredit seseorang itu bisa diterima atau tidak. Salah satunya data digital untuk mengukur risiko kredit gagal.
Di formulir online biasanya kalian disuruh menautkan beberapa akun digital seperti sosial media maupun akun e-commerce. Ini adalah salah satu syarat sekaligus alat ukur yang menentukan pengajuan kredit online-mu disutujui atau tidak. Bahkan besaran jumlah kredit yang kalian terima juga bisa dipengaruhi akun digital.
“Aktivitas di sosial media seperti mengupload foto jalan-jalan ke luar negeri, berwisata, atau makan di restoran mahal dan ternama, menjadi tolok ukur gaya hidup calon nasabah kredit online yang akan dilihat. Dari aktivitas-aktivitas tersebut bisa dikira-kira seberapa besar jumlah penghasilan calon kreditur,” Yulian menjelaskan kepada OLX di Yogyakarta, Jumat (29/11/2019) lalu.
Diterangkan Yulian bahwa ada sistem algoritma yang akan menghitung secara keseluruhan berdasarkan rekam jejak digital orang yang mengajukan pinjaman online. Sehingga perusahaan kredit online tidak perlu lagi melakukan survei.
Jadi kalau kalian mengajukan pinjaman online dan berharap bisa dapat pinjaman dalam jumlah yang besar, sering-sering saja upload di sosial media saat kalian berlibur atau saat makan di restoran mewah.
Tapi langkah untuk mendapatkan pinjaman online kalau bisa jadi opsi terakhir saja ya…. Bukan apa-apa, kalau sampai cicilan nunggak atau kalian mangkir untuk penyelesaian tagihan, risikonya besar. Siap-siap saja kontak seluruh teman, saudara atau kerabat kerja yang tersimpan di handphone kalian bakal terima SMS kalau kalian berhutang dang tidak mau bertanggung jawab, kebayang kan malunya seperti apa? (Z)