Sabtu, April 20, 2024
Lainnya
    BeritaPemerintah Tak Turunkan Harga BBM Dianggap Langkah Tepat, Ini Alasannya!

    Pemerintah Tak Turunkan Harga BBM Dianggap Langkah Tepat, Ini Alasannya!

    Belakangan banyak muncul desakan dari berbagai pihak agar pemerintah kembali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Desakan ini terkait harga minyak dunia yang kembali anjlok. 

    Namun desakan ini dianggap kurang tepat oleh Mamit Setiawan, Direktur Executive Energy Watch. Bahkan langkah pemerintah untuk tetap bertahan tidak menurunkan harga BBM dianggap sangat tepat.

    Dengan alasan bahwa harga minyak dunia sudah mulai naik karena beberapa negara sudah mulai melonggarkan kebijakan akibat pandemi COVID-19.

    ”Harga minyak dunia saya kira akan terus merangkak naik karena sudah banyak negara yang melonggarkan kebijakan terkait dengan COVID-19 ini, sehingga aktivitas akan kembali berjalan dengan kondisi yang new normal,“ jelas Mamit dalam sebuah siaran pers yang diterima OLX, Senin (11/5/2020). 

    Seperti yang kita ketahui, sepanjang satu pekan kemarin, harga minyak dunia sudah mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Bloomberg,  Senin kemarin, 11 Mei 2020 harga untuk jenis Brent di level US$ 30.23 per barrel dan jenis WTI di level US$ 24.08 per barrel. 

    Kenaikan harga minyak dunia tersebut didorong mulai longgarnya kebijakan terkait COVID-19 dari beberapa negara seperti di Amerika Serikat dan Spanyol. Sehingga konsumsi energi di negara tersebut mengalami kenaikan. 

    “Prediksinya, jika tidak ada serangan gelombang ke dua virus COVID-19, maka bisa dipastikan ekonomi global akan kembali tumbuh,” sebutnya. 

    Menurutnya, desakan untuk menurunkan harga BBM bisa berkurang bila semua pihak melihat kondisi saat ini secara obyektif. ”Terkait dengan harga BBM saya kira kita harus melihat secara komprehensif terutama untuk Pertamina. Tidak bisa dipisahkan dari sisi Hulu, Hilir maupun untuk Refinery, semua saling berkesinambungan.” 

    Apalagi Indonesia masih terus memperpanjang kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di  hampir diseluruh wilayah Indonesia yang berdampak pada menurunnya konsumsi BBM. 

    ”Penurunan konsumsi hampir mencapai 30% di bulan April sebesar 65.678 KL dari bulan sebelumnya 93.558 KL dan saya perkirakan untuk bulan Mei tidak akan jauh berbeda. Jadi, dampaknya jika diturunkan tidak akan terlalu signifikan,” papar Mamit.

    Menurut hematnya, masyarakat atau pihak-pihak yang mendesak pemerintah untuk menurunkan harga BBM tidak boleh membandingkan harga BBM di Indonesia dengan harga BBM negara lain karena dari sisi geografis saja sudah berbeda.

    ”Infrastruktur penyaluran BBM saja sudah beda dan panjang sekali untuk di Indonesia karena kita adalah negara kepulauan dan semua wilayah terutama yang masuk ke 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) harus tetap mendapatkan BBM. Apalagi harga BBM di Indonesia bukan yang paling mahal di ASEAN dimana masih lebih murah dari Thailand , Filipina dan Singapore,” ungkapnya membagikan data dari globalpetrol.com.

    Disisi lain, kenaikan harga minyak dunia ini menjadi kabar baik bagi industri migas nasional terutama di sektor Hulu. 

    “Kenaikan harga ini setidaknya bisa menjaga target investasi di sektor migas sebesar US$ 13.8 milyar tidak terlalu anjlok dan berbuntut terjadinya PHK). Meskipun target investasi migas saya yakin tidak akan tercapai karena harga minyak masih di bawah yang diharapkan tapi setidaknya kegiatan di sektor Hulu masih tetap berjalan dengan berbagai effisiensi yang dilakukan,” pungkas Mamit.

    Populer
    GIIAS 2023
    Berita Terkait