Dalam sesi test drive kendaraan elektrifikasi Toyota yang berlangsung di Banyuwangi, Jawa Timur hingga Bali pada 9-11 Oktober 2019, PT Toyota Astra Motor (TAM) memboyong mobil ramah lingkungannya yang belum diluncurkan di Indonesia.
Selain Camry Hybrid, C-HR Hybrid, dan Alphard Hybrid, Toyota Indonesia juga mengajak media melakukan pengetesan terhadap Prius PHEV untuk pertama kalinya.
Mobil Plug-in Hybrid Electrified Vehicle (PHEV) ini secara teknologi, sistem penggeraknya sama dengan mobil Toyota Hybrid seperti C-HR, Alphard maupun Camry. Hanya bedanya, Prius PHEV dilengkapi dengan fitur charger listrik untuk mengisi baterai secara mandiri.
Digadang-gadang, model ini akan masuk ke Indonesia secara resmi pada tahun depan. Namun pihak Toyota Indonesia belum memberi kepastian waktu dan juga harganya.
“Belum pasti karena kami masih memikirkan soal harga jualnya. Yang pasti target kita adalah bisa menjualnya dengan angka yang kita ajukan, di bawah Rp 1 miliar,” ujar Anton Jimmi Suwandy, Director Marketing PT TAM, Kamis (10/10/2019) di Bali.
Bila di kompare dengan Camry Hybrid yang harganya 800an juta, apakah ada kemungkinan harga Prius PHEV bisa di bawah harga tersebut?
Anton hanya berkomentar singkat. “Tidak tahu, tergantung… Karena kita lagi negosiasi juga soal harganya sama mereka (prinsipal). Tapi yang kita minta sih maksimalnya jangan sampai menyentuh harga Rp 1 miliar.”
Namun melihat dari teknologi yang diusungnya, ada kemungkinan harga Prius PHEV akan lebih mahal dibanding Camry Hybrid.
“Secara teknologi Prius PHEV di atas Camry. Tapi secara harga kami tidak tahu karena belum diskusi detail. Pertama kita minta persetujuan, begitu di terima baru kita bicara harga,” lanjutnya.
Disinggung soal rintangan terbesar memasukkan model PHEV ke Indonesia, Anton Jimmi menyebut secara umum tidak ada.
“Semua lebih ke arah prosedural aja. Prinsipal yang mutusin yes or no. Semua harus dapat persetujuan, mulai dari bagian produk, after sales-nya, dan garansinya. Mereka semua harus kasih persetujuan. Jadi ini prosedur normal sih sebenarnya, memang butuh waktu,” pungkas Anton Jimmi. (Z)