Kamis, April 18, 2024
Lainnya
    Tak BerkategoriProyeksi Bisnis Mobil Bekas Menghadapi New Normal

    Proyeksi Bisnis Mobil Bekas Menghadapi New Normal

    Virus COVID-19 tidak terasa sudah hampir empat bulan belakangan ini menebar teror di Indonesia. Bukan cuma mengancam kesehatan masyarakat melalui penularan yang cukup cepat, tetapi juga melemahkan sendi perekonomian masyarakat.

    Sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa pandemi ini memang memberi dampak negatif pada berbagai jenis industri, termasuk industri otomotif. Bahkan GAIKINDO harus rela melakukan revisi target penjualan mobil baru dari target 1,1 juta unit di tahun 2020 menjadi tinggal 600 ribu unit.

    Keputusan ini didorong pada kenyataan bahwa konsumen pembeli mobil sudah beralih fokus pada kebutuhan rumah tangga, kebutuhan dasar seperti alat kesehatan serta mengurangi kebutuhan tersier.

    Dampak COVID-19 tak terkecuali juga dirasakan pada market mobil bekas yang juga mengalami penurunan secara signifikan.  Ada empat faktor utama yang menjadi penyebab tren penurunan tersebut. 

    Pertama, karena adanya anjuran menjaga jarak yang menyebabkan terhalangnya penjual dan pembeli untuk bertransaksi. Kebijakan PSBB yang diberlakukan membuat banyak showroom mobil bekas harus tutup dan hanya buka jika sebelumnya sudah melakukan janji dengan calon pembeli. 

    Faktor kedua karena banyaknya calon pembeli yang menunda pembelian mobil karena kesulitan keuangan. 

    Seperti yang kita ketahui, selama masa pandemi banyak orang kehilangan pekerjaan. Sehingga rencana untuk membeli mobil bekas sekalipun, terpaksa harus tertunda. Fokus anggaran tertuju untuk kebutuhan pribadi atau keluarga.

    Kalaupun ada yang tetap melakukan transaksi beli mobil, adalah mereka yang berasal dari kalangan ekonomi atas dan mereka yang tetap optimis.

    Penyebab ketiga adalah calon pembeli yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pembiayaan kredit mobil. Walau sebenarnya masih ada konsumen yang tidak menunda rencananya untuk melakukan pembelian mobil, dimana rata-rata mereka masih mengandalkan layanan leasing atau lembaga pembiayaan kredit mobil.

    Akan tetapi banyak juga diantaranya yang harus gigit jari karena tidak bisa mendapatkan fasilitas kredit dari perusahaan pembiayaan.

    “Bulan lalu (April), penjualan pembiayaan mobil hanya 24.000, sedangkan biasanya 80.000. Beberapa perusahaan leasing berhenti memberikan pembiayaan mobil. Mereka yang memberi, memperketat skrining mereka karena risiko pembayaran default. Sekarang uang muka 30 persen, sementara sebelumnya 15-20 persen,” ujar Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Jasa Keuangan Indonesia (APPI)

    Faktor terakhir adalah penurunan harga pasaran mobil bekas yang cuma mencapai 5-10 persen disaat kondisi pasar melemah karena pandemi. 

    Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pasar Mobil Bekas

    Terkait efek pandemi terhadap bisnis mobil bekas saat ini dinilai karena konsumen membelanjakan lebih banyak uang untuk keperluan rumah tangga, barang-barang yang berhubungan dengan pekerjaan serta mengurangi kebutuhan tersier.

    “Orang lebih merencanakan untuk membeli lebih banyak kebutuhan mendasar seperti sembako, peralatan kesehatan dan sanitasi. Sehingga berimbas dengan penurunan secara signifikan untuk permintaan mobil bekas,” ungkap Johnny Widodo, CEO BeliMobilGue.co.id.

    Dari data yang dimiliki, penjualan mobil di dealer turun hingga 62 persen, dari rata-rata 3,7 menjadi 1,4 mobil setiap minggu. 

    Alhasil, kondisi tersebut memaksa dealer membeli mobil lebih sedikit, serta membeli dengan harga 15-20 persen lebih murah dari harga pasar, serta fokus untuk menghabiskan stock yang masih tersisa. 

    “Namun saat ini, ketika pemerintah telah mulai membuka kegiatan perekonomian, kami mengharapkan pasar mobil bekas akan kembali pulih dengan model-V, di mana permintaan akan kembali mendekati normal dalam 2 -3 bulan ke depan,” prediksinya.

    3 Faktor Pendorong Bisnis Mobil Bekas

    Diprediksi bahwa dalam 2-3 bulan ke depan setelah berlangsungnya kehidupan normal yang baru, kegiatan bisnis otomotif, khususnya bisnis mobil bekas bisa kembali menggeliat. Keyakinan ini bukan tanpa alasan karena didorong oleh tiga faktor utama.

    Faktor pertama adalah sebagian besar permintaan penjualan mobil sebenarnya tidak hilang, melainkan tertunda selama pandemi. Sehingga ketika pandemi berlalu, permintaan ini akan kembali lagi.

    Lalu hal kedua menurutnya karena adanya pergeseran preferensi konsumen yang akan lebih memilih mobil pribadi daripada menggunakan transportasi umum. Hal ini mengingat potensi tertular virus lebih terbuka di saat menggunakan transportasi umum. Sehingga orang akan berpikir lebih baik dan lebih aman ketika beraktivitas menggunakan kendaraan pribadi.

    Lalu faktor pendorong lainnya adalah pergeseran dalam preferensi konsumen yang akan lebih memilih mobil bekas daripada mobil baru. Alasannya tidak lain karena melihat dari sisi harga jual serta kemampuan ekonomi. 

    “New Normal” Bisnis Mobil Bekas di Indonesia

    Jalan panjang menuju pemulihan perekonomian secara keseluruhan sekarang dimulai dengan berlangsungnya tatanan kehidupan yang baru atau disebut “New Normal”

    Sebagian besar orang percaya bahwa butuh waktu lebih dari tiga bulan untuk pemulihan perekonomian menuju kondisi normal. Walaupun tidak sedikit yang memprediksi kondisi normal ini akan terwujud dalam 4-6 bulan hingga satu tahun. 

    “Namun untuk industri mobil bekas, kami mengharapkan akan pulih mendekati normal dalam 2-3 bulan ini. Berkaca pada kondisi di Eropa dimana bisnis penjualan mobil bekas sudah kembali pulih pasca lockdown,” jelas Johnny Widodo. 

    Perkiraan ini berdasarkan data survei OLX yang sudah dilakukan. Lebih dari 50 persen menyebutkan akan tetap membeli mobil dalam kurun waktu satu tahun ke depan, dimana mayoritas menyebut akan melakukannya dalam waktu 3 bulan ke depan.

    Optimisme ini juga didukung perubahan preferensi dari transportasi publik atau online ke mobil pribadi. Dengan alasan keamanan serta tetap menjaga kesehatan agar terhindar dari penularan virus COVID-19, menggunakan kendaraan pribadi menjadi pilihan mendesak dibandingkan harus tetap memanfaatkan transportasi umum untuk beraktifitas di era tatanan hidup baru.  

    Kondisi “New Normal” juga memberi peluang besar untuk keberlangsungan bisnis penjualan mobil bekas karena adanya pergeseran rencana dari membeli mobil baru ke mobil bekas. 

    Untuk itu, menurut Johnny, sangat penting bagi pelaku bisnis mobil bekas untuk menawarkan layanan inovatif kepada konsumen yang lebih mengarah ke sistem online agar tetap bisa menjaga social distancing

    Contoh layanan inovatif yang bisa dilakukan antara lain seperti test drive di rumah, pengurusan dokumen atau pembayaran dan administrasi yang bisa dilakukan tanpa harus ada kontak fisik, membuat janji ketemu secara pribadi di showroom, atau janji temu virtual lewat video call, hingga layanan online end-to-end mulai dari proses eksplorasi hingga pembelian unit.

    “Hadirnya inovasi layanan saat ini menjadi sangat penting. Dimana konsumen sangat tertarik dengan program penjualan online serta layanan lainnya yang tidak mengharuskan konsumen berinteraksi secara langsung. Contoh seperti layanan test drive di rumah atau jenis pembayaran serta proses administrasi yang juga bisa diakses dengan cara online,” tambah Johnny.

    “Dengan inovasi layanan seperti ini, bisnis mobil bekas bisa kembali bergairah di tengah masa “New Normal” dan kondisi perekonomian kembali pulih dalam waktu secepatnya,” pungkasnya.

    Laporan lengkap dari hasil survei terkait tren mobil bekas menuju era New Normal bisa lihat disini!

    Populer
    GIIAS 2023
    Berita Terkait